Umumnya setelah seorang karyawan diterima di perusahaan maka proses selanjutnya adalah mengikuti pelatihan atau sering disebut juga training. Pada fase inilah para karyawan baru akan diberikan banyak materi dan pembelajaran yang berhubungan dengan sop perusahan, budaya kerja kantor, dan penyesuaian jobdesk pekerjaan.

Bila tahap ini mampu diselesaikan secara benar, maka karyawan pun akan mampu memahami dan mematuhi ruang lingkup pekerjaan. Tapi jika sebaliknya, maka bisa dikatakan proses training telah gagal.
Nah, sebetulnya faktor apa aja sih yang bikin training itu masuk dalam kategori gagal? Untuk menjawabnya, kami sudah merangkum : 5 Hal yang Bikin Training Gagal! Jangan sampai kejadian
1. Kesalahan Trainer
Betul, ada pepatah yang mengatakan bahwa Ikan Busuk Mulai dari Kepalanya. Hal ini jelas menyiratkan bahwa jika dari atasannya sudah salah, maka bawahan pun akan menanggung kesalahan yang sama.
Lantas apa hubungannya dengan training? Bila dikaitkan dengan training, maka training yang gagal itu dimulai dari salahnya memilih seorang trainer. Bisa jadi dari segi tampilan dan gaya penyampaian, Ia mengasyikan. Tetapi bila Ia tidak menguasai materi baik teori dan praktikal dengan benar maka hal itu sia-sia semata.
Jadi ada baiknya tentukan trainer yang memang kompeten, paham teori dan praktek, serat relate dengan kondisi di lapangan.
2. Training Tidak Tepat Sasaran

Pada dasarnya sebelum melakukan sebuah training harus ada yang namanya analisis kebutuhan dan tujuan perusahaan. Barulah masuk ke ranah strategi bisnis yang sesuai, dilanjut dengan monitoring dan evaluasi program.
Dari situlah tercipta barometer untuk menilai apakah training ini sudah benar dan tepat sasaran? Bila hal itu gagal dilakukan maka hasil pelatihan pun bisa diragukan dalam segi efektivitas dan efisiensinya.
3. Jenis Training yang Kurang Tepat
Maksud jenis di sini adalah isi dari pelatihan yang dilakukan. Kebanyakan perusahaan memilih jenis training yang memberikan wawasan dan ilmu baru. Hal itu sebetulnya baik-baik saja, akan tetapi hasilnya justru menciptakan ketimpangan pada kemampuan. Kok bisa gitu?
Ya bayangin aja, kamu sudah bisa skill A, ditambah lagi jadi bisa B dan seterusnya. Memang ini baik, menambah wawasan dan skill baru akan tetapi sisi lainya, menciptakan karyawan yang punya banyak keterampilan tapi dalam level rata-rata.
Bandingkan dengan training yang fokus pada pelatihan lanjutan dari salah satu skill. Dengan terus mengasah kemampuan itu akhirnya sang karyawan bisa naik jenjang ke level expert di suatu bidang. Jelas dampaknya langsung menguntungkan perusahaan, ya kan?
4. Menganggap Training hanya Formalitas
Ada kalanya perusahaan nakal sengaja membuat training hanya untuk menghabiskan budget perusahaan agar terkesan dialokasikan dengan baik. Sehingga pada prakteknya perusahaan tidak benar-benar peduli dengan hasil pelatihan yang diselenggarakan. Padahal training ini berperan sangat vital loh.
Contohnya untuk karyawan baru, mereka jadi bisa mengetahui apa saja yang menjadi core value dan budaya perusahaan. Dengan demikian mereka bisa cepat beradaptasi dan berkontribusi aktif untuk perusahaan.
Untuk karyawan lama pun mereka bisa mendalami perannya dalam perusahaan serta meningkatkan produktivitas dan etos kerja. Jadi masih mau nganggep training formalitas semata?
5. Penyedia Layanan Trainer Abal-Abal

Bila perusahaan tidak memiliki divisi trainer khusus mereka biasanya akan mengundang penyedia jasa trainer baik dari LPK atau Agency. Untuk mengadakan inhouse training memang memerlukan biaya yang gak sedikit, makanya perusahaan selalu berusaha mencari yang sesuai dengan budget.
Sayangnya hal itu malah menjerumuskan perusahaan. Karena trainer yang dibanderol dengan budget murah, biasanya abal-abal san gak bisa diandalkan pada akhirnya.
Trainer abal-abal itu biasanya terlihat dari kurangnya pemahaman akan materi, tidak interaktif, body language yang kaku, membosankan, tidak menguasai panggung, gak memahami teknis, dan tidak menyediakan additional tools.
Nah daripada terjebak oleh trainer abal-abal ada baiknya langsung percayakan program training inhouse kepada Trisna Lesmana. Beliau adalah master coach berpengalaman lebih dari 10 tahun, dipercaya oleh banyak perusahaan bumn dan swasta, sering mengisi acara di kampus, dan pastinya memiliki sertifikasi resmi BNSP-RI. CEK SELEBIHNYA DI SINI YA!
Demikian kiranya isi dari artikel tentang 5 Hal yang Bikin Proses Training Gagal! So sebelum memutuskan untuk mengadakan training, kamu bisa pelajari artikel yang tadi. Selamat membaca!