7 Istilah di Dunia Kerja yang Wajib Gen-Z Ketahui

7 Istilah di Dunia Kerja yang Wajib Gen-Z Ketahui

Teruntuk fresh graduate yang baru saja join ke perusahaan, pastinya kalian sedang beradaptasi baik dengan budaya kerja, cara berpakaian, hingga cara berkomunikasi.

Sadar atau tidak, ketika kamu sudah menginjak dunia kerja akan banyak sekali istilah baru yang pastinya baru kamu dengar. Hal itu sangat wajar, karena memang dunia kerja itu punya dunianya sendiri, alhasil banyak juga bahasanya sendiri.

Tapi tenang, kamu jangan sampai kebingungan. Sebab di sini, akan kami jelaskan beberapa istilah-istilah di dunia kerja yang wajib kamu hafalin supaya gak kelihatan bingun sendirian.

1. KPI atau Key Performance Index

Ini adalah salah satu istilah yang penting untuk kamu tahu artinya. Sebab KPI ini secara sederhananya adalah suatu penilaian atau indikator tentang performa pekerjaan yang sedang kamu lakukan.

Berhubung ini adalah penilaian, maka akan ada beberapa angka yang bisa jadi target capaian. KPI sendiri pun bisa mencakup tentang target penjualan, kepuasaan pelanggan, jumlah konten yang dibuat, performa social media, dan masih banyak yang sejenisnya/

2. Brainstorming

Ini tuh sebenernya hampir mirip seperti rapat, bedanya ini dikemas dengan sesuatu yang lebih santai dan gak formal. Aktivitas brainstorming biasanya dilakukan untuk mencari solusi, menemukan ide kreatif, dan berbagi gagasan terhadap satu permasalahan.

3. Feedback

Dalam Bahasa Indonesia kadang diartikan sebagai Umpan Balik. Hal itu emang bener, hanya saja memiliki kesan yang kurang enak dibaca, ya kan?

7 Istilah di Dunia Kerja yang Wajib Gen-Z Ketahui

Untuk artinya sendiri, dalam sesi formal feedback ini bisa mencakup ke evaluasi atau review hasil pekerjaan dalam satu tahun contohnya. Dalam sesi informal, feedback sendiri bisa berupa sebuah ide atau gagasan yang disampaikan secara langsung untuk mengoreksi dan mengevaluasi kinerja seseorang.

4. Benchmarking

Bayangkan kamu lagi berlomba, dan kamu perlu tahu siapa pesaing terbaik serta mengapa mereka unggul. Nah, benchmarking adalah proses melihat bagaimana kinerja atau strategi kompetitor untuk dijadikan standar perbandingan.

Dengan ini, kamu bisa tahu apa saja yang perlu ditingkatkan. Misalnya, jika pesaing punya layanan pelanggan yang lebih responsif, Kamu bisa mempelajari pendekatan mereka dan menyesuaikan strategi layanan di bisnis Anda agar lebih kompetitif.

5. Networking

Networking itu ibarat memperluas lingkaran pertemanan—dalam bisnis, kita membangun relasi yang bermanfaat. Dengan networking, kita dapat bertemu dengan profesional dari bidang serupa atau berbeda, berbagi wawasan, ide, dan peluang kerja sama.

Manfaatnya? Selain memperluas wawasan, networking sering kali membuka peluang bisnis baru, mempercepat solusi masalah, dan memberi pandangan beragam terhadap suatu masalah. Ingat, di dunia bisnis, sering kali siapa yang Kamu kenal sama pentingnya dengan apa yang Kamu ketahui.

6. Workflow

Kalau Kamu pernah merasa kerjaan menumpuk dan bingung harus mulai dari mana, itu mungkin tanda bahwa workflow yang kamu lakuin butuh pengaturan ulang.

7 Istilah di Dunia Kerja yang Wajib Gen-Z Ketahui

Workflow adalah alur atau rangkaian langkah kerja yang sistematis untuk mencapai hasil yang diinginkan. Misalnya, untuk menyelesaikan proyek, setiap anggota tim punya peran dan urutan tugas masing-masing yang saling terhubung.

7. Training and Trainer

Bayangkan seorang pelatih yang membimbing atlet agar menjadi yang terbaik—itulah inti dari training and trainer. Dalam bisnis, training adalah proses pembekalan kemampuan dan pengetahuan bagi karyawan, yang diberikan oleh seorang trainer atau pelatih.

Tujuannya agar mereka bisa meningkatkan keterampilan, menguasai alat atau sistem baru, serta siap menghadapi tantangan kerja. Dengan training yang baik, karyawan jadi lebih percaya diri dan produktif, yang tentu saja akan berdampak positif bagi perusahaan.

Kegiatan training pun tidak hanya dilakukan di perusahaan, bisa juga di kelas online seperti Training of Trainer by Trisna Lesmana Management.

Itulah 7 Istilah di Dunia Kerja yang Wajib Gen-Z ketahui. Dengan memahami dan menerapkan konsep-konsep ini, semoga kamu bisa menjalankan bisnis atau pekerjaan dengan lebih efektif, produktif, dan tentunya siap bersaing!

5 Hal yang Bikin Training Gagal! Jangan sampai kejadian

5 Hal yang Bikin Training Gagal! Jangan sampai kejadian

Umumnya setelah seorang karyawan diterima di perusahaan maka proses selanjutnya adalah mengikuti pelatihan atau sering disebut juga training. Pada fase inilah para karyawan baru akan diberikan banyak materi dan pembelajaran yang berhubungan dengan sop perusahan, budaya kerja kantor, dan penyesuaian jobdesk pekerjaan.

5 Hal yang Bikin Training Gagal! Jangan sampai kejadian

Bila tahap ini mampu diselesaikan secara benar, maka karyawan pun akan mampu memahami dan mematuhi ruang lingkup pekerjaan. Tapi jika sebaliknya, maka bisa dikatakan proses training telah gagal.

Nah, sebetulnya faktor apa aja sih yang bikin training itu masuk dalam kategori gagal? Untuk menjawabnya, kami sudah merangkum : 5 Hal yang Bikin Training Gagal! Jangan sampai kejadian

1. Kesalahan Trainer

Betul, ada pepatah yang mengatakan bahwa Ikan Busuk Mulai dari Kepalanya. Hal ini jelas menyiratkan bahwa jika dari atasannya sudah salah, maka bawahan pun akan menanggung kesalahan yang sama.

Lantas apa hubungannya dengan training? Bila dikaitkan dengan training, maka training yang gagal itu dimulai dari salahnya memilih seorang trainer. Bisa jadi dari segi tampilan dan gaya penyampaian, Ia mengasyikan. Tetapi bila Ia tidak menguasai materi baik teori dan praktikal dengan benar maka hal itu sia-sia semata.

Jadi ada baiknya tentukan trainer yang memang kompeten, paham teori dan praktek, serat relate dengan kondisi di lapangan.

2. Training Tidak Tepat Sasaran
5 Hal yang Bikin Training Gagal! Jangan sampai kejadian

Pada dasarnya sebelum melakukan sebuah training harus ada yang namanya analisis kebutuhan dan tujuan perusahaan. Barulah masuk ke ranah strategi bisnis yang sesuai, dilanjut dengan monitoring dan evaluasi program.

Dari situlah tercipta barometer untuk menilai apakah training ini sudah benar dan tepat sasaran? Bila hal itu gagal dilakukan maka hasil pelatihan pun bisa diragukan dalam segi efektivitas dan efisiensinya.

3. Jenis Training yang Kurang Tepat

Maksud jenis di sini adalah isi dari pelatihan yang dilakukan. Kebanyakan perusahaan memilih jenis training yang memberikan wawasan dan ilmu baru. Hal itu sebetulnya baik-baik saja, akan tetapi hasilnya justru menciptakan ketimpangan pada kemampuan. Kok bisa gitu?

Ya bayangin aja, kamu sudah bisa skill A, ditambah lagi jadi bisa B dan seterusnya. Memang ini baik, menambah wawasan dan skill baru akan tetapi sisi lainya, menciptakan karyawan yang punya banyak keterampilan tapi dalam level rata-rata.

Bandingkan dengan training yang fokus pada pelatihan lanjutan dari salah satu skill. Dengan terus mengasah kemampuan itu akhirnya sang karyawan bisa naik jenjang ke level expert di suatu bidang. Jelas dampaknya langsung menguntungkan perusahaan, ya kan?

4. Menganggap Training hanya Formalitas

Ada kalanya perusahaan nakal sengaja membuat training hanya untuk menghabiskan budget perusahaan agar terkesan dialokasikan dengan baik. Sehingga pada prakteknya perusahaan tidak benar-benar peduli dengan hasil pelatihan yang diselenggarakan. Padahal training ini berperan sangat vital loh.

Contohnya untuk karyawan baru, mereka jadi bisa mengetahui apa saja yang menjadi core value dan budaya perusahaan. Dengan demikian mereka bisa cepat beradaptasi dan berkontribusi aktif untuk perusahaan.

Untuk karyawan lama pun mereka bisa mendalami perannya dalam perusahaan serta meningkatkan produktivitas dan etos kerja. Jadi masih mau nganggep training formalitas semata?

5. Penyedia Layanan Trainer Abal-Abal
5 Hal yang Bikin Training Gagal! Jangan sampai kejadian

Bila perusahaan tidak memiliki divisi trainer khusus mereka biasanya akan mengundang penyedia jasa trainer baik dari LPK atau Agency. Untuk mengadakan inhouse training memang memerlukan biaya yang gak sedikit, makanya perusahaan selalu berusaha mencari yang sesuai dengan budget.

Sayangnya hal itu malah menjerumuskan perusahaan. Karena trainer yang dibanderol dengan budget murah, biasanya abal-abal san gak bisa diandalkan pada akhirnya.

Trainer abal-abal itu biasanya terlihat dari kurangnya pemahaman akan materi, tidak interaktif, body language yang kaku, membosankan, tidak menguasai panggung, gak memahami teknis, dan tidak menyediakan additional tools.

Nah daripada terjebak oleh trainer abal-abal ada baiknya langsung percayakan program training inhouse kepada Trisna Lesmana. Beliau adalah master coach berpengalaman lebih dari 10 tahun, dipercaya oleh banyak perusahaan bumn dan swasta, sering mengisi acara di kampus, dan pastinya memiliki sertifikasi resmi BNSP-RI. CEK SELEBIHNYA DI SINI YA!

Demikian kiranya isi dari artikel tentang 5 Hal yang Bikin Proses Training Gagal! So sebelum memutuskan untuk mengadakan training, kamu bisa pelajari artikel yang tadi. Selamat membaca!